Penekanan

Orang berkomunikasi awalnya dengan santai, rileks, mengalir. Kalimat per kalimat saling berbalas, sampai kemudian muncul pengulangan kalimat. Muncul pengulangan lagi di sesi komunikasi berikutnya dan berikutnya lagi. Di situ yang terjadi adalah komunikasi mandek. 

Dan bisa ditebak, penekanan selanjutnya bukan lagi melalui bahasa atau kalimat, tapi perbuatan dan tingkah laku. Itu adalah apa yang umum terjadi selanjutnya ketika komunikasi verbal menemui titik buntu, apapun sebabnya yang jelas para komunikator yang terlibat mempunyai andil atas kebuntuan tersebut. 

Tahap itu menjadi krusial karena menentukan nasib selanjutnya dari komunikasi mereka apakah terputus disitu atau terjadi pemahaman-pemahaman baru. 

Masa-masa penekanan non-verbal biasanya akan terasa sangat tidak nyaman dan emosional. Situasi yang membuat penekanan yang dilakukan hampir tidak menciptakan hasil yang diharapkan dari motivasi dasar penekanan itu terjadi. It is a matter of whom broke their ego first

Dan tak terbayangkan berbagai bentuk perilaku yang dibuat dengan tujuan menciptakan penekanan maksud ini. Bermacam-macam, bahkan sebagian bisa dikatakan sebagai perilaku yang anomali.

Ketika dapat kembali ke bahasa verbal, bersyukurlah. Karena pola itu yang lebih dapat diterima oleh kebanyakan manusia. Harapan akan sinergi selanjutnya meningkat ketika titik ini dicapai. Dan kuncinya, kejujuran dari semua pihak dan tentu saja; lapang dada. 

All ears!